Selasa, 20 Maret 2012

KONSUMERISME KEBUTUHAN ATAU GAYA HIDUP?


Sebelum menelusuri lebih jauh tentang konsumerisme, ada baiknya kita mengetahui pengertian dari konsumerisme itu sendiri. Konsumerisme adalah paham atau ideologi yang menjadikan seseorang atau kelompok melakukan atau menjalankan proses konsumsi atau pemakaian barang-barang hasil produksi secara berlebihan atau tidak sepantasnya secara sadar dan berkelanjutan, selain itu istilah konsumerisme menekankan pada gaya hidup yang menganggap barang (materi) sebagai ukuran kebahagiaan, prestise, dan sebagainya. Konsumsi dalam bingkai konsumerisme lebih sering dilakukan manusia sebagai salah satu cara memenuhi standar hidup.. Dari pengertian tersebut dapat kita simpulkan bahwa konsumerisme merupakan kegiatan yang bila tidak dibatasi maka akan menimbulkan suatu gejala kelangkaan untuk barang-barang tertentu. Hal ini tentu sangat meresahkan di masa depan, orang menghabiskan sebagian besar, atau semua, dari pendapatan mereka pada barang-barang konsumsi, bukan menyimpan, investasi, dan atau mengusahakan uang mereka.
           
Pada kondisi ini, orang mengkonsumsi barang bukan lantaran perlu secara fungsional, melainkan karena tuntutan gengsi, status, maupun sekadar gaya hidup. Ambil contoh, seorang yang membeli mobil mewah bukan lantaran memenuhi kebutuhan fungsional akan alat transportasi, melainkan karena alasan status. Padahal di garasi rumahnya sudah terparkir dua unit mobil yang tak kalah mewahnya. Saya tidak keberatan orang-orang membeli hal-hal, terutama kebutuhan seperti rumah dan transportasi. Masalah terletak pada orang-orang yang membeli hal-hal yang mereka tidak mampu. Banyak kemudian menangis saat masa sulit datang dan mereka tidak bisa lagi melakukan pembayaran  Sayangnya, kita, sebagai masyarakat, memberikan kehormatan, prestise dan penghargaan kepada mereka yang mengendarai mobil bagus dan tinggal di rumah yang mewah.

Konsumerisme masyarakat ditambah lagi dengan berbagai penawaran dari pasar yang menggiurkan yang semakin membuat orang berebut membeli produk yang ditawarkan meskipun sadar kondisi ekonomi tidak proporsional. Selain itu, mentalitas konsumtif telah menumpulkan daya kritis kita. Kita tidak bisa lagi membedakan mana yang merupakan kebutuhan pokok dan nyata dengan mana yang menjadi kebutuhan semu saja dan tidak pokok. Dengan demikian, kita tidak bisa menentukan skala prioritas kebutuhan. Semuanya dikonsumsi tanpa memperhatikan sumber dayanya. Hal tersebut menjadikan manusia menjadi pecandu dari suatu produk, sehingga ketergantungan tersebut tidak dapat atau susah untuk dihilangkan. Sifat konsumtif yang ditimbulkan akan menjadikan penyakit jiwa yang tanpa sadar menjangkit manusia dalam kehidupannya.

Tetapi bukan berarti tidak ada jalan keluar untuk masalah ini. Kita dapat mulai membuat skala prioritas agar kita dapat membelanjakan pendapatan kita dengan bijaksana dan mulai menabung untuk masa depan, serta untuk generasi yang akan datang adalah bagian dari menjadi seorang dewasa yang bertanggung jawab. Dan meskipun dunia menawarkan kemegahannya, kita sebagai orang yang percaya tidak boleh tenggelam di dalamnya. Karena TUHAN sendiri telah berfirman bahwa kita bukan berasal dari dunia ini dan bahwa janganlah kita mencemarkan diri kita dengan hal-hal duniawi, sebab kita adalah bait kudus-Nya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar